Senin, 23 Maret 2015

Hikmah..
Sulit rasanya memahami sebuah kata ini..
Menerima sebuah kejadian, kenyataan, jalan hidup, yang tak sesuai dengan harapan & impian kita..
Hidup terasa tak adil, Allah tampaknya mengenyampingkan kita..
Beribu pertanyaan pun datang, tetapi semakin kita mencari jawabannya, pertanyaan itu seakan semakin bertambah..
Diri ini tak tahu lagi hendak mencari ke mana, hingga otak ini pun tak bisa membedakan akan sebuah reason yg rasional atau tidak..

Dunia bagai mengepungku, mencaciku, menyalahkanku, membuangku tanpa alasan, dan waktupun seperti tak pernah memihakku, serta kesempatan tak pernah kunjung datang.
Padahal beribu do'a telah kupanjatkan, tapi semakin kuat aku berdo'a, langkah jejak impianku seakan berjalan menjauhiku..
Hingga aku mulai membenci semuanya, diriku, orang-orang, lingkungan, keadaan, kesempatan, dan mungkin hidup ini..

Seketika itu aku pun menjelma dan berubah menjadi sosok makhluk dengan aksesoris keburukan, demotivatif, skeptis, apatis, bahkan sebagi makhluk pengumpat..
Hidup ini terasa amat hampa, tak tahu lagi harus percaya kepada siapa lagi, rasa percaya pada diripun rasanya sirna..

Bagaimana aku bisa keluar dari kondisi seperti ini? Siapa yg dapat menolong diri ini? Rasanya tak ada orang yang bisa menolong, bahkan diri ini pun tak sanggup untuk menolong diri sendiri..

Akhirnya aku cukup mengerti mengapa aku dibiarkan begitu lama dalam kondisi seperti ini? Mengapa Allah seakan-akan tak peduli akan diri ini? Jawabannya tak lain karena Allah ingin melihat sejauh mana perjuangan diri ini, sejauh mana aku bisa yakin akan janjiNya ketika dihadapkan dengan kenyataan tak sesuai rencana dan harapan..
Terlihat seperti sebuah anomali memang, disaat kita merasa terbuang dari kehidupan ini, kita harus tetap bersyukur kepada Sang Pemilik Hidup..

Namun, begitulah cara Allah menunjukkan kuasaNya.
PertolonganNya tiba tepat pada waktunya, Dia memberikan kehangatan pada tubuh ini ketika hati kita beku dan mati kedinginan.

Keputusan Allah senatiasa identik dengan persepsi hambaNya dan Allah tak akan membiarkan hambaNya begitu saja, selama dalam hati hambaNya masih tersisa keimanan dan keyakinan kepadaNya.

Allah "mengajari" diri kita dengan hikmah dan pelajaran hidup. Allah mengasihi kita dengan caraNya bukan dengan cara kita. Allah menyayangi kita dengan caraNya bukan cara kita, serta Allah menguatkan diri kita dengan caraNya bukan cara kita.

Dalam sebuah proses hidup yang penuh getir ini, Allah senantiasa melihat kita, memperhatikan kita, bahkan ketika kita tertidur pun Allah masih menjaga jiwa ini hingga kita dapat membuka mata kita di pagi hari.

Cara Allah tak mesti sama dengan cara manusia, karena Allah Sang Khalik bukan manusia. CaraNya mengajari hikmah tak harus dimengerti oleh logika kita, karena Allah Pemilik Ilmu dan Maha Tahu tak seperti manusia yang terbatas kadar nalarnya.
KasihNya tak harus tampak, tetapi kasih sayangNya selalu ada dalam hembusan nafas kita.

"Fabiayyi aalaaa'i robbikumatukaddiban"
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Finally, i found a silver lining..